Meskipun mengalami banyak kesuksesan dalam kegiatan pemasarannya,
McDonald’s juga beberapa kali mengalami kegagalan dalam memasarkan
produknya. McDonald’s pernah mengeluarkan McLean Deluxe (produk ini
ditujukan pada konsumen yang sadar akan gaya hidup sehat) selain itu
perusahaan juga McDonald’s Arch Deluxe yang tidak sesuai dengan target
konsumen yang dituju. Mungkin akan menarik bila kita membahas salah satu
kegagalan yang pernah dilakukan McDonald’s ini.
Sejak awal McDonald’s berusaha membuat produk burger yang ditujukan
pada kalangan konsumen dewasa. Dan perusahaan juga berusaha untuk
membuat produk yang tidak memiliki asosiasi dengan anak-anak. Melalui
berbagai persiapan, perusahaan berusaha membuat produk yang dimaksud dan
diberi nama Arch Deluxe. Produk ini didesain memiliki kesan dan
dipromosikan sebagai produk yang “rumit”. Masalahnya sebagaian besar
konsumen memiilih produk justru bukan karena kerumitannya, mereka pergi
ke tempat makan ini karena faktor kenyamanan.
Padahal sebenarnya McDonald’s telah memahami hal ini dan tercermin
dari kebijakan pemilihan produk di beberapa negara. Sebagai contoh
penyediaan produk bir di Jerman, menyediakan daging domba di India, dan
produk-produk ini memang hanya tersedia di negara tersebut. Ini
merupakan glokalisasi yang dilakukan perusahaan. Sebagian besar konsumen
telah tahu apa yang hendak dibeli sebelum mereka sampai di counter
McDonald’s. Ketika hendak membeli produk, sebenarnya mereka tidak mau
dibombardir informasi mengenai variasi modifikasi yang pada dasarnya
merupakan satu produk yakni hamburger.
Kesalahan berikutnya mengenai peluncuran produk adalah usaha
McDonald’s membuat produk yang lezat. Namun faktanya, perusahaan tidak
pernah memenangi penghargaan sebagai penyedia makanan terbaik. Hal ini
juga selaras dengan yang diinginkan konsumen dimana mereka memang datang
ke tempat ini karena alasan McDonald’s menyediakan suasana yang
bersahabat, bersih, konsisten dan nyaman. Ketika produk ini diluncurkan
di pasaran, McDonald tidak menyadari akan persepsi konsumen pada
perusahaan.
Akhirnya McDonald’s menyadari hal ini setelah terjadi pergantian di
pucuk pimpinan. Jack Greenberg yang mengganti posisi CEO saat itu
menyadari bahwa dalam pengembangan produk perusahaan terlalu lama
mengambil tindakan dan terlalu lama pula untuk memutuskan apakah
perusahaan benar-benar hendak menginginkan hal tersebut atau tidak.
Setelah ditelusuri, peluncuran produk ini berdasarkan riset pasar
yang dilakukan. Produk semacam ini memang direspon dengan baik oleh
responden, akhirnya berpegangan pada hasil riset McDonald’s langsung
meluncurkan produk tanpa pertimbangan lebih lanjut.
Ada beberapa pembelajaran yang bisa diambil seperti perusahaan
sebaiknya beroperasi di wilayah yang mereka kuasai, kedua perusahaan
sebaiknya menahan nafsu agar tidak mengambil tindakan yang dapat
membingungkan konsumen, dan terhadap hasil riset, sebaiknya perusahaan
memiliki sikap skeptic dan tidak menelan bulat terhadap hasil yang
tersedia tanpa pemikiran lebih lanjut
Artikel ini diadaptasi dari buku Brand Failures karangan Matt Haig
No comments:
Post a Comment