Friday, October 19, 2012

51. Kreatifitas Toys R Us dalam Menemukan Solusi

titanic 1024x724 51. Kreatifitas Toys R Us dalam Menemukan Solusi
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa

Ketika mendekati musim liburan, barang pertama yang sering kita pikirkan untuk diberikan kepada anak kecil adalah mainan dan lebih dari 60 persen dari semua mainan dibeli selama musim liburan. Sisanya diberikan pada saat perayaan ulang tahun. Ahli psikologi menyatakan bahwa pemberian hadiah mainan pada hari raya natal mengembalikan hubungan antara orang tua dan anaknya. Mainan sering menjadi hadiah “manis” dari momen-momen special yang dilewati sang anak.

Toys R US adalah perusahaan ritel mainan yang beroperasi di banyak negara dengan menjual berbagai macam permainan. Mereka sukses memasuki pasar baru dan merebut hati anak-anak dengan mainan yang ditawarkan. Namun mereka pernah kesulitan untuk melakukan penetrasi ke pasar Jepang karena kebijakan pemerintah.

Pengumuman dari Toys R Us untuk membuka toko di Jepang pada tahun 1991 menjadi isu penting baik pada industri mainan Jepang dan produsen mainan Amerika yang pada saat itu masih banyak mengekspor  produk tradisional teknologi rendah. Rantai nilai perusahaan dinilai dapat memicu kompetisi sengit dalam perebutan market share dan distribusi di Jepang.
Hal ini membuat pengusaha ritel di Jepang. Mereka khawatir industri mainan Jepang akan kalah bersaing. Kondisi saat itu, Jepang telah memiliki 5.5 miliar pasar mainan di seluruh Jepang. Dan pada hukum, tersebut jelas bahwa pengusaha ritel yang hendak membuka bisnis dengan luas lebih dari 500 meter persegi harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari peritel lainnya di wilayah tersebut. Dan berdasarkan pengalaman sebelumnya, pembukaan toko besar pada suatu wilayah mendapat perlawanan dari peritel kecil sehingga toko baru dapat benar-benar dibuka 10 tahun setelahnya.

Hal ini tentu menyulitkan Toys R Us. Terhadap peritel besar lokal saja, pedagang di Jepang dapat menunda waktu selama itu apalagi Toys R Us yang merupakan perusahaan asing dan dapat mengancam kelangsungan hidup industri mainan Jepang. Pemerintah Amerika telah mencoba bernegoisasi dengan Jepang selama bertahun-tahun tanpa hasil yang memuaskan. Setelah ditelusuri, rupanya kebijakan proteksi industri lokal ini disebabkan oleh langkah pemerintah dalam membangun kembali perekonomian negara pasca Perang Dunia II. Cara ini berhasil mendorong bisnis lokal dan cukup efektif menyerap tenaga kerja lokal.

Toys R Us kemudian mencari cara lain untuk masuk ke pasar Jepang. Perusahaan memutuskan bekerja sama dengan McDonald’s Jepang. Di Jepang, waralaba McDonald’s dikuasai oleh perusahan lokal bernama Fujita. Toy R Us memberikan 20 persen saham dio perusahaan dan memberikan ijin pada Toys R Us untuk membuka tempat penjualan di setiap toko McDonald’s sementara 80 persen saham dipakai Toys R Us membuat perusahaan tetap mengontrol operasional perusahaan. Dengan cara ini, Toys R Us dapat dengan cukup leluasa memanfaatkan jaringan McDonald’s yang saat itu berjumlah 675 toko di seluruh wilayah Jepang. Toys R Us juga dapat memanfaatkan kemampuan McDonald’s yang sudah sangat terkenal akan ketepatannya menentukan lokasi strategis dengan harga layak dan dikombinasikan dengan keahlian retail Toys R Us. Kerja sama ini tentu menguntungkan kedua perusahaan. Dalam kasus ini, kita belajar bahwa Toys R Us menemukan solusinya sendiri untuk menembus pasar dengan cara yang tidak biasa. Di sini ditemukan bahwa  solusi untuk permasalahan bisa berupa apa pun termasuk bekerja sama dengan perusahan berbeda industri. Kasus ini memberi contoh solusi kreatif yang dilakukan suatu perusahaan ketika menemui kendala
Artikel ini diadpatasi dari buku Principles of Global Marketing karangan Warren Keegan dan Mark C. Green

No comments: