Friday, October 19, 2012

77. Dji Sam Soe: Merk Warisan dari Zaman Belanda

Dji Sam Soe screen 1024x732 77. Dji Sam Soe: Merk Warisan dari Zaman Belanda
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Dji Sam Soe adalah salah satu sedikit merek di Indonesia yang mampu terus menerus meraup sukses dalam kurun waktu lama. Selama lebih dari 90 tahun, produk ini telah mampu bertahan dan secara konsisten menjadi produk laris di pasaran. Selama bertahun-tahun, produk ini menjadi “King of Kretek” dan menjadi tulang punggung Sampoerna terutama sebelum diakuisisi oleh Philip Morris. Dji Sam Soe juga telah menemani perjalanan perusahaan selama empat generasi.

Dji Sam Soe adalah merk langka di Indonesia yang mampu bertahan bahkan semakin Perkasa dari zaman ke zaman. Merek yang tidak lapuk oleh waktu selama hampir satu abad, tangguh menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat. Dari zaman ke zaman rokok lokal termahal ini selalu disediakan para pedagang rokok karena memberikan marjin yang tertinggi. Sebagian dari mereka bahkan menyebut Dji Sam Soe sebagai “Sang Penyelamat” karena terbukti di tengah naik turunnya ekonomi, rokok ini tetap menjadi tumpuan dalam menghadapi kemunduran usaha  perdagangan mereka. Bahkan di era 1930-an sampai dengan 1940-an, Dji Sam Soe pernah menjadi mata uang di kalangan pedagang karena dianggap nilainya lebih stabil dibanding mata uang resmi yang berlaku saat itu.

Dji Sam Soe mampu mempertahankan kinerja secara konsisten di saat terjadi perubahan regulasi, ekonomi-politik, maupun perilaku konsumen. Produk ini juga mampu secara konsisten mempertahankan momentum pertumbuhan melawan serangan dari pesaing-pesaing baru. Dari segi penjualan, generasi pertama Dji Sam Soe mengalami masa kejayaannya di tahun 1940-an dengan penjualan hampir 3 juta per minggu, di tangan generasi kedua penjualan meningkat menjadi 21 juta batang per minggu (tahun 1980), dan pada generasi ketiga melonjak tajam menjadi 290 juta batang per minggu (tahun 2000).

Produk dimulai saat Seeng Tee mencoba bereksperimen meracik dan melinting rokok sendiri pada tahun 1912. Dari hasil racikan ini kemudian dilahirkan formula racikan Dji Sam Soe yang hingga kini tetap dijaga kerahasiaannya. Walaupun pada masa itu Seeng Tee juga memproduksi rokok dengan harga rendah, usaha rokok Seeng Tee juga terfokus pada produk-produk berharga premium yang terbuat dari tembakau terbaik dengan rempah-rempah alami. Dalam buku racikannya, Seeng Tee menetapkan bahwa racikan Dji Sam Soe “hanya menggunakan tembakau dan cengkih yang paling baik dengan menggunakan sedikit bumbu penambah rasa atau saus di dalam proses produksinya.”

Pada awalnya, tembakau dibeli dari Madura dan cengkih didatangkan dari Zanzibar yang waktu itu diperoleh dari para pedagang rempah-rempah setempat asal China. Dalam racikan asli, Dji Sam Soe hanya menggunakan cengkih Zanzibar. Ketika mutu pemanenan cengkih Indonesia mengingkat, penggunaan cengkih Indonesia dimungkinkan dalam racikan khusus keluarga.

Konsistensi Sampoerna dalam menjaga racikan orisinil Dji Sam Soe inilah yang menjadi diferensiasi utama produk. Karena racikan ini, cita rasa dan aroma Dji Sam Soe menjadi legendaris. Dan juga ia menjadi pionir rokok kretek berkualitas tinggi di Indonesia Dji Sam Soe sering mendapat julukan sebagai “King of Kretek” dan “Mother of All Kretek”
Artikel ini diadaptasi dari buku 4-G Marketing A 90-year journey of Creating Everlasting Brands karangan Hermawan Kartajaya

No comments: