Friday, October 19, 2012

47. Philips yang Pernah Bingung Arti Pemasaran

LED Philips 592x1024 47. Philips yang Pernah Bingung Arti Pemasaran
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Phillips, perusahaan yang memproduksi peralatan elektronik konsumen yang berkantor pusat di Belanda. Perusahaan ini dapat menjual lebih dari 40 juta perangkat rumah tangga setiap tahunnya dengan variasi yang sangat banyak. Salah satu divisinya yang berkonsentrasi pada produk bola lampu berhasil menjadi pemain terbesar di dunia. Merek lampu Philips berhasil menguasai 36 persen pasar bola lampu. Secara keseluruhan 25 persen penjualan Philips datang dari Amerika.

Situasi pasar beberapa tahun yang lalu, Philips adalah satu dari dua perusahaan non Jepang yang merupakan perusahaan global pada industri elektronik. Profit margin perusahaan hanya dua persen, setengah dari profit margin peruusahaan Jepang terlebih lagi bila dibandingkan dengan General Electric yang sebesar 9 persen. Permasalahan lain yang dihadapi adalah dimana Philips berhasil membuat produk yang baik namun tidak dapat mengkomunikasikannya dengan baik kepada pelanggan.

Di kasus lain, Philips berhasil membuat terobosan produk namun gagal menjual temuannya dengan baik. Sebagai contoh pada 1972, Philips menjadi perusahaan pertama yang berhasil menemukan teknologi untuk membuat produk dengan tujuan broadcasting dan untuk tujuan professional, dengan mengabaikan kemungkinan menjual produk untuk konsumen rumahan. Temuan ini justru dimanfaatkan dengan baik oleh Sony dan Matsushita dengan mengeluarkan kaset versi Betamax dan VHS. Saat itu Philips dinilai terlambat masuk ke pasar sehingga gagal memanfaatkan keuntungan memperkenalkan produk teknologi baru.

Kegagalan lainnya ketika Philips bekerja sama dengan Sony dalam pengembangan teknologi CD (compact disc). Pada tahun 1980, teknologi ini diterapkan pada produk dan dijual pada konsumen akhir dan berhasil meraih kesuksesan secara global. Namun karena usaha pemasaran tidak dilakukan dengan baik dan memakai cara yang efektif,  banyak orang yang memiliki persepsi bahwa Sony yang menjadi penemu CD player. Saat itu Philips kalah pamor dengan Sony dalam pemasaran produk CD playernya. Philips memiliki 20 persen pasar dari CD player dan menerima pendapatan melalui lisensi dari produsen lainnya yang memakai teknologi ini.

Mungkin kita pernah mendengar anggapan “produk yang baik menjual dirinya sendiri dengan baik”. Namun bila kita melihat kasus ini, rasanya anggapan tersebut tidak selamanya dapat dinilai tepat. Sebaik apa pun, secanggih apa pun produk yang dimiliki bila tidak dipasarkan dengan baik akan percuma. Konsumen bisa jadi kurang mengenal produk yang dikeluarkan perusahaan baik dari manfaat produk dan keunggulan produk. Atau bahkan kelemahan perusahaan dalam bersaing dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pesaing. Pesaing dapat membuat efek pemasaran dengan lebih baik sehingga justru konsumen lebih mengenal produk pesaing dibandingkan dengan produk perusahaan.
Artikel ini diadaptasi dari buku Principles of Global Marketing karangan Warren J. Keegan dan Mark C. Green

No comments: