Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang
kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai
pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber
pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini,
Marketeers membagikan 100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan
kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus
pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.
Phillips, perusahaan yang memproduksi peralatan elektronik konsumen
yang berkantor pusat di Belanda. Perusahaan ini dapat menjual lebih dari
40 juta perangkat rumah tangga setiap tahunnya dengan variasi yang
sangat banyak. Salah satu divisinya yang berkonsentrasi pada produk bola
lampu berhasil menjadi pemain terbesar di dunia. Merek lampu Philips
berhasil menguasai 36 persen pasar bola lampu. Secara keseluruhan 25
persen penjualan Philips datang dari Amerika.
Situasi pasar beberapa tahun yang lalu, Philips adalah satu dari dua
perusahaan non Jepang yang merupakan perusahaan global pada industri
elektronik. Profit margin perusahaan hanya dua persen, setengah dari
profit margin peruusahaan Jepang terlebih lagi bila dibandingkan dengan
General Electric yang sebesar 9 persen. Permasalahan lain yang dihadapi
adalah dimana Philips berhasil membuat produk yang baik namun tidak
dapat mengkomunikasikannya dengan baik kepada pelanggan.
Di kasus lain, Philips berhasil membuat terobosan produk namun gagal
menjual temuannya dengan baik. Sebagai contoh pada 1972, Philips menjadi
perusahaan pertama yang berhasil menemukan teknologi untuk membuat
produk dengan tujuan broadcasting dan untuk tujuan
professional, dengan mengabaikan kemungkinan menjual produk untuk
konsumen rumahan. Temuan ini justru dimanfaatkan dengan baik oleh Sony
dan Matsushita dengan mengeluarkan kaset versi Betamax dan VHS. Saat itu
Philips dinilai terlambat masuk ke pasar sehingga gagal memanfaatkan
keuntungan memperkenalkan produk teknologi baru.
Kegagalan lainnya ketika Philips bekerja sama dengan Sony dalam
pengembangan teknologi CD (compact disc). Pada tahun 1980, teknologi ini
diterapkan pada produk dan dijual pada konsumen akhir dan berhasil
meraih kesuksesan secara global. Namun karena usaha pemasaran tidak
dilakukan dengan baik dan memakai cara yang efektif, banyak orang yang
memiliki persepsi bahwa Sony yang menjadi penemu CD player. Saat itu
Philips kalah pamor dengan Sony dalam pemasaran produk CD playernya.
Philips memiliki 20 persen pasar dari CD player dan menerima pendapatan
melalui lisensi dari produsen lainnya yang memakai teknologi ini.
Mungkin kita pernah mendengar anggapan “produk yang baik menjual
dirinya sendiri dengan baik”. Namun bila kita melihat kasus ini, rasanya
anggapan tersebut tidak selamanya dapat dinilai tepat. Sebaik apa pun,
secanggih apa pun produk yang dimiliki bila tidak dipasarkan dengan baik
akan percuma. Konsumen bisa jadi kurang mengenal produk yang
dikeluarkan perusahaan baik dari manfaat produk dan keunggulan produk.
Atau bahkan kelemahan perusahaan dalam bersaing dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh pesaing. Pesaing dapat membuat efek pemasaran dengan
lebih baik sehingga justru konsumen lebih mengenal produk pesaing
dibandingkan dengan produk perusahaan.
Artikel ini diadaptasi dari buku Principles of Global Marketing karangan Warren J. Keegan dan Mark C. Green
No comments:
Post a Comment