Friday, October 19, 2012

59. Post It: Produk Gagal yang (Ternyata) Laku di Pasar

Post it doctor 1024x682 59. Post It: Produk Gagal yang (Ternyata) Laku di Pasar
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Dalam pengembangan dan inovasi produk, perusahaan seringkali menerapkan intrapreneur kepada para karyawannya. Mungkin ada baiknya kita samakan terlebih dahulu pengertian dasar dari intrapreneur. Intrapreneur kurang lebih adalah seseorang atau sebagian karyawan dalam perusahaan yang memiliki tanggung jawab dalam mengubah suatu ide menjadi produk yang menguntungkan melalui pengambilan resiko dan inovasi. Karakter ini mirip dengan konsep entrepreneur namun terjadi di dalam perusahaan sehingga dinamakan intrapreneur.

Salah satu kasus terbaik dalam kategori ini adalah produk Post It yang dikeluarkan oleh 3M. Mungkin akan menarik bila kita mengetahui etos inovasi dari 3M. Di dalam perusahaan terdapat tiga lapisan dalam penerapan inovasi secara berkesinambungan. Pertama dimulai dari visi perusahaan yang secara jelas menyatakan “to be the most innovative enterprise in the world”. Dalam bahasa yang lebih praktis, di dalam perusahaan juga memiliki anggapan bahwa ide baru bila dikombinasikan dengan implementasi dan aksi berkelanjutan akan menghasilkan perbaikan dan profit. Sesama karyawan terus saling membantu sama lain, pertanyaan atau permintaan bantuan jarang sekali ditolak oleh sesame karyawan.

Pada lapisan kedua di jajaran manajerial, perusahaan memberi perhatian yang besar pada R&D. 3M selalu berusaha mengadaptasi dan menerapkan perkembangan teknologi terkini pada pembentukan strategi, pertumbuhan, dan arah perusahaan. Secara bersamaan, perusahaan juga mencoba terus mencari tahu apa yang dibutuhkan konsumen dan melihat juga apakah perusahaan memiliki kapabilitas dan pengetahuan untuk memenuhinya.

Pada lapisan ketiga yakni dalam tahapan proses, perusahaan berupaya agar arus informasi berjalan dengan baik terutama pada bagian R&D, pemasaran, dan penjualan. Dengan demikian, tim R&D berkesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan konsumen untuk memperoleh insight yang menyeluruh. Selain itu, perusahaan juga memberlakukan “15% rule”, merupakan kebijakan perusahaan yang mendorong 15 persen waktu dari seluruh karyawan (tidak hanya tim R&D) untuk melakukan pengembangan ide sendiri. Dengan ini perusahaan memiliki banyak sekali ide dari kalangan internal perusahaan.

Salah satu contohnya adalah Post It. Pada tahun 1973, Art Fry melakukan adaptasi pada produk “gagal” yang dikembangkan Spence Silver pada tahun 1968. Ketika itu Art Fry mengalami kesulitan untuk membatasi halaman buku paduan suara miliknya, kertas yang disisipkan selalu jatuh dari buku dan hal ini cukup mengganggunya. Ia kemudian melakukan adaptasi dengan mempergunakannya sebagai penanda halaman. Pada awalnya divisi produksi dan pemasaran menolak ide ini, namun Fry tidak kehilangan akal dengan membagikan secara gratis sampel produk pada para karyawan. Ternyata produk tersebut digunakan dengan baik bahkan menciptakan pemesanan dan permintaan berulang. Hal ini menyadarkan pihak internal perusahaan bahwa produk ini memberikan manfaat dan memiliki daya jual.

Akhirnya produk ini disetujui untuk dijual ke luar perusahaan dan secara resmi beredar di pasaran pada tahun 1981 (setahun setelah produk tersebut dikenalkan pada kalangan internal). Sesuai prediksi, konsumen menyerap produk dengan baik dan menimbulkan permintaan pada produk tersebut. Selama bertahun-tahun, penjualan produk ini telah mencapai angka penjualan sebesar 100 juta dollar. Dapat kita lihat di sini bahwa inovasi tidak selalu harus murni penciptaan produk baru. Namun bisa juga adaptasi dari produk tidak terkait atau bahkan produk yang dianggap gagal.
Artikel ini diadaptasi dari Scottish Institute for Enterprise and the Centre of Entrepreneurship karangan Rob McLeod dan Blair Winsor

No comments: