Saturday, October 20, 2012

1.Tylenol (dulu) Pencabut Nyawa

Don  t Fear the Reaper by rebel penguin1 1.Tylenol (dulu) Pencabut Nyawa
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Kita seringkali menemukan kasus pemasaran menarik pada kategori produk harian (convenience goods) karena beberapa alasan. Pertama merek terutama merek dari market leader industri tersebut biasanya dikenal konsumen banyak karena biasanya dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Contohnnya pasta gigi Pepsodent di Indonesia yang dikenal oleh banyak sekali masyarakat di berbagai kalangan. Kedua , bila terjadi permasalahan, biasanya dalam jangka pendek akan langsung mempengaruhi penjualan produk market share dan dalam jangka panjang mempengaruhi mind share dan heart share.

Salah satu kasus pemasaran yang terkenal sampai saat ini adalah kasus dimana Tylenol dilanda masalah besar pada tahun 1980-an. Holding company yang menangani merek ini juga adalah perusahaan internasional Johnson & Johnson yang telah memiliki reputasi yang baik di industri consumer goods. Tylenol telah berhasil merancang dan mengimplementasikan strategi pemasaran dalam industri dan berhasil meraih 37 persen  pangsa pasar.

Pada masa ini, kompetitor langsung dari Tylenol berusaha mati-matian mempertahankan mereknya melawan produk yang satu ini. Excedrin, Anacin, dan Bayer adalah sebagian pemain yang melawan dengan hebatnya dalam industri ini. Namun secara perlahan, Tylenol berhasil meraih reputasi yang bagus baik di kalangan farmasi maupun konsumen. Tylenol telah berhasil meraih kepercayaan dari stakeholder (pemangku kepentingan) di masa itu.

Tylenol merancang berbagai taktik agresif dalam menghadapi persaingan untuk mendominasi industri. Salah satu caranya melalui jalur pengadilan, Johnson & Johnson seringkali mempermasalahkan mengenai merek. Dengan cara ini, seringkali langkah ini melemahkan daya saing kompetitor dalam jangka waktu satu sampai dua tahun. Salah satu contohnya  Johnson & Johnson mengajukan gugatan pada merek Anacin atas pelanggaran merek dan iklan. Setiap gugatan Johnson & Johnson memenangkan gugatan dan hal ini berhasil menahan pergerakan pesaing dalam industri. Salah satu ahli pemasaran saat itu bahkan menyebut bahwa Johnson & Johnson telah berhasil menambahkan satu “P” tambahan pada marketing mix yaitu “plaintiff” yang bila diterjemahkan bebas berarti penggugat.

Peristiwa besar dimulai pada tahun 1982 saat delapan konsumen di Chicago tewas tiba-tiba setelah menggunakan Extra Strength Tylenol. Setelah ditelusuri, ditemukan bahwa Tylenol ternyata telah dicemari oleh zat sianida (cyanide). Zat yang bersifat racun dan sangat mematikan. Peristiwa ini diberitakan secara luas dan menghancurkan pangsa pasar dari 37 persen menjadi hanya 7 persen dalam satu malam.

Hasil riset menemukan bahwa terdapat beberapa kesalahan persepsi konsumen. Di antaranya, konsumen tidak mengetahui bahwa perusahaan bertanggung jawab dengan membantu pihak kepolisian dalam proses investigasi; proses produksi perusahaan tetap memenuhi semua standar keamanan, hanya produk kapsul yang tercemar, tablet tidak ikut tercemar; dan peristiwa kematian hanya terjadi di wilayah Chicago.

Merek Tylenol terpukul sangat hebat karena kasus ini melibatkan kepercayaan konsumen untuk menggunakan produk perusahaan. Akan sangat sulit bagi perusahaan untuk memulihkan reputasi perusahaan dan banyak yang memprediksi merek tersebut tidak akan pulih lagi. Situasi ini digambarkan sebagai mimpi terburuk pemasar dalam industri consumer goods. Pesaing dari Tylenol menikmati peristiwa ini sempat merebut penjualan dalam jumlah besar. Anacin berhasil merebut 25 pangsa pasar Tylenol yang hilang sementara Buffer dan Bayer juga dapat merebut 20 persen dari bisnis Tylenol.

Setelah krisis ini, Johnson & Johnson membuat keputusan strategis untuk menyelamatkan merek ini. Perusahaan membuat semacam wadah untuk membangkitkan kembali kepercayaan dan loyalitas konsumen. Hal ini juga digunakan sebagai ajang pembuktian kredo Johnson & Johnson yang sangat terkenal yang kurang lebih intinya sebagai berikut: kami bertanggung jawab pada dokter, suster, dan pasien, pada ibu dan pihak lain yang menggunakan produk dan jasa kami. Dalam usaha memenuhi kebutuhan mereka, segala yang kami lakukan harus dilakukan dengan kualitas yang tinggi.

Kasus ini adalah salah satu dari kasus pemasaran paling terkenal sepanjang masa. Di sini berbagai aspek hubungan antara perusahaan dengan konsumen dihadapkan dengan ujian terbesar.
Disadur dari Consumer Behavior and Marketing Strategy 4th edition karangan J. Paul Peter dan Jerry C. Olson

2.Sumbangan Sony untuk Dunia

sony walkman1 2.Sumbangan Sony untuk Dunia
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Sony, merek yang sering kita dengar dalam keseharian kita terutama pada perangkat elektronik. Pada awalnya, Sony dibangun dari toko perbaikan radio, didirikan oleh Masuru Ikura dan Akio Morita setelah Perang Dunia II. Sony mulai terjun dalam produksi perangkat elektronik pada tahun 1957, yang dimulai dari produksi transistor radio ukuran saku. Sony sendiri diambil dari kata “sonus” yang artinya suara. Kemudian Sony mengembangkan trasistor TV dan perekam perekam suara dengan kaset. Dan pada tahun 1979, Sony berinovasi menciptakan alat baru portable dimana pendengar musik dimungkinkan mendengarkan musik kapan pun dimana pun. Perangkat ini salah satu legenda inovasi produk, alat ini yang akan sering kita sebut dengan nama walkman. Sony menjadi market leader di industri elektronik dan menjadi perusahaan Jepang pertama yang meperdagangkan sahamnya di bursa efek New York.

Pada tahun 1980, Sony mulai melakukan ekspansi ke industri media dengan membeli perusahaan rekaman Amerika (CBS dengan 22 juta dollar) dan studio film Hollywood (Columbia Pictures sebesar 4.9 juta dollar). Langkah strategis ini menjadikan Sony berpengaruh besar dalam industri hiburan.

Akio Morita menganggap marketing adalah salah satu aspek penting dalam perusahaan untuk meraih kesuksesan. Menurutnya, untuk dapat tumbuh berkembang, perusahaan setidaknya harus memiliki tiga jenis kreatifitas: kreatifitas untuk membuat pengembangan, kreatifitas dalam perencanaan produk dan produksi, dan kreatifitas pemasaran.

Namun kreatifitas di sini tidak berarti hanya dengan membuat iklan yang bagus, namun juga mencoba menggali lebih dalam informasi mengenai konsumen. Contohnya, promosi untuk salah satu lini produknya yakni Sony PlayStation, Sony mencoba memasukan unsur emosi ke dalam benak konsumen seperti kesenangan, penasaran, panik, atau intrik-intrik yang mengundang minat konsumen memerhatikan media promosi perusahaan.

Pemasaran Sony juga dikenal akan evaluasinya, mereka melibatkan pengukuran yang cermat akan efektifitas program pemasaran. Sony seringkali menggunakan iklan pada film bioskop sebagai media promosi. Untuk promosi Sony PlayStation saja, Sony beriklan di lebih dari 1.800 teater dan di lebih dari 8.000 layar bioskop. Bagi Sony, iklan di media film sangat efektif dan mereka telah melakukannya selama bertahun-tahun.

Sony juga mengembangkan jasa pelayanan pengukuran efektivitas marketing pada perusahaan lain. Produk ini disebut eBridge [TM] dimana memungkinkan pemasar menggunakan video, mengukur efektifitas program, dan mencari insight dari target audience.
Namun pada tahun-tahun belakangan, Sony berjuang keras dalam persaingan di berbagai lini produk, mereka berusaha untuk kembali menguasai pasar di beberapa pasar baik di Jepang maupun dunia. Langkah strategis Sony tahun 2011 telah dibahas pada artikel Mengintip Sony dan Metamorfosis Sony Mobile Communications
Artikel ini disadur dari Marketing Management 12th karangan Philip Kotler dan Kevin Lane Keller

3.Temuan McDonald’s dalam Antrian Konsumen

bro549 15fol 3.Temuan McDonald’s dalam Antrian Konsumen
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Dalam beberapa keseharian, terutama di Indonesia kita sering menemui antrian konsumen, Di bebeberapa industri seperti ritel dan perbankan, antrian menjadi hal yang sangat rutin terjadi. Antrian ini menjadi salah satu faktor penilaian pelayanan jasa perusahaan, antrian yang panjang setidaknya akan mempengaruhi penilaian pada kecepatan waktu respon (responsiveness). Namun seringkali antrian tidak dapat dihindari karena berbagai faktor seperti keterbatasan yang dimiliki perusahaan atau faktor eksternal seperti dari sisi konsumen.
McDonald’s pernah melakukan riset dan eksperimen berkaitan dengan model antrian ini pada tahun 1990. Penelitian ini dilakukan di 70 cabang McDonald’s di California yang bertujuan untuk membandingkan dua model antrian antara antrian satu baris (single waiting line) atau antrian beberapa baris paralel (multiple waiting lines).

Pada saat itu, pesaing McDonald’s seperti Wendy’s dan Burger King telah menggunakan sistem antrian satu baris begitu pula maskapai penerbangan, perbankan, hotel, dan pos Amerika. McDonald’s tidak yakin bahwa sistem antrian satu baris ini adalah cara terbaik untuk melayani konsumen. Untuk itu, McDonald’s mengadakan riset dengan tujuan memberikan pelayanan yang lebih baik dengan hasil konsumen yang lebih puas. Berikut ini disajikan pro kontra antara kedua model antrian tersebut:

Mengapa sistem antrian satu baris lebih baik?

Sistem yang lebih adil, kecepatan, minimnya tingkat stress, dan frustasi menjadi alasan utama mengapa banyak perusahaan dan periset perilaku konsumen lebih menyukai model antrian ini. Model antrian beberapa baris paralel membuat konsumen membandingkan barisnya dengan di sebelahnya. Hal ini dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi karena mereka akan terus membandingkan selama mengantri. Baru saja memasuki gerai, konsumen sudah dihadapkan untuk memutuskan barisan yang paling cepat menurut persepsinya. Belum lagi bila ternyata orang yang melayani barisan tersebut ternyata memiliki kinerja yang lambat dan mengakibatkan antrian tidak bergerak.

Mengapa sistem antrian paralel lebih baik?

Perusahaan-perusahaan yang memakai sistem antrian ini memiliki pandangan mengenai sistem antrian satu baris. Pertama, antrian satu baris dianggap seperti menyamakan manusia dengan ternak. Antrian satu baris yang mengular terkesan sangat membatasi keputusan konsumen untuk mendapatkan produk. Kedua, sistem antrian satu baris terkesan lebih panjang dan melelahkan bila dibandingkan bila antrian tersebut dipecah menjadi beberapa baris yang lebih pendek, Panjangnya barisan ini membuat konsumen membatalkan pembelian barang, dampaknya perusahaan kehilangan potensi penjualan hanya karena persepsi konsumen mengenai antrian. Alasan terakhir, sistem antrian satu baris akan menyulitkan konsumen yang memiliki keterbatasan seperti cacat fisik.

Banyak pakar yang mendalami hal ini menganggap bahwa banyak konsumen yang lebih memilih untuk mengantri dengan sistem satu baris. Namun seiring dengan pengembangan taktik dan inovasi perusahaan, beberapa perusahaan mengusahakan agar konsumen yang sedang mengantri memiliki tingkat stres dan kebosanan yang lebih rendah. Banyak perusahaan yang berusaha memberikan media untuk ditonton atau dibaca sebagai usaha mengalihkan perhatian konsumen. Seringkali perusahaan juga mempergunakan media-media ini sebagai sarana promosi perusahaan. Beberapa perusahaan bahkan menghilangkan antrian ini dan menggantikannya dengan nomor urut sehingga konsumen dapat meninggalkan antrian tersebut dan kembali lagi saat gilirannya. Beberapa bisnis seperti taman bermain Walt Disney menggunakan media penunjuk berapa lama waktu yang dibutuhkan konsumen untuk menikmati wahana tertentu.

Di Indonesia, kita seringkali tidak dapat menghindari atau menghilangkan antrian karena berbagai faktor. Namun dengan sedikit kreatifitas, kita dapat memanfaatkan antrian untuk meningkatkan tingkat interaksi dengan konsumen, seperti J.CO yang memperlihatkan proses pembuatan produk pada konsumen yang mengantri.
Artikel ini diadaptasi dari Services Marketing karangan Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner

4.Gillette Bingung Melihat …. Wanita

gillette venus ad7 4.Gillette Bingung Melihat .... Wanita
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Gillette adalah perusahaan yang sangat terkenal di seluruh dunia akan pisau cukurnya. Mulai dari titik awal yaitu tahun 1901 yang didirikan pendirinya King Camp Gillette sampai saat ini, Gillette sangat identic dengan pisau cukur. Perusahaan ini juga dikenal melakukan inovasi dan pengembangan terus menerus termasuk pada bentuk dan gaya alat cukur yang dipasarkan.

Meski sangat sukses di pasar konsumen pria, Gillette pernah mengalami kesulitan dalam menembus pasar konsumen wanita. Pada pertengahan tahun 1990 an, produk seperti deodoran dan krim pencukur sangat sulit dijual di pasar ini. Penjualannya mencapai 27 persen dari penjuala produk perawatan personal tetapi hanya dapat menyumbang 11 persen laba operasional.

Kegagalan ini disebabkan karena Gillette tidak melakukan analisa konsumen dengan baik sehingga perusahaan tidak dapat menghubungkan produk dengan kebutuhan pembeli dengan baik. Dalam kasus ini, Gillettee gagal mengetahui pentingnya pengembangan produk untuk pasar konsumen wanita. Mereka memperlakukan pasar pria dan wanita dengan sama, menawarkan produk yang tidak berbeda jauh dengan cara serupa.

Kondisi saat itu, konsumen pria dan konsumen wanita memiliki perbedaan dalam adaptasi penggunaan perawatan diri. Pria telah mencapai titik nyaman dalam konsumsi produk sehingga masih puas dengan produk yang beredar saat itu, sementara wanita masih mencoba-coba berbagai merek untuk memenuhi kebutuhan mereka yang spesifik. Sebagian produk seperti shampo dan krim kulit bahkan didominasi oleh remaja perempuan yang memiliki karakteristik memiliki tingkat loyalitas yang rendah pada merek.

Analisa Gillette yang kurang cermat pada pasar wanita menyebabkan, perusahaan membuat aplikasi strategi dan taktik yang salah dalam menghadapi pasar konsumen wanita. Kesalahan mulai dari cara mensegmentasi, targeting, positioning, sampai dengan cara melakukan pendekatan penjualan pada pasar.

Pengalaman Gillette memberi pelajaran yang sangat berarti. Sebelum meluncurkan produk ke pasar, perusahaan harus mengenai terlebih dahulu perilaku konsumen yang dituju, bagaimana kebiasaan dan preferensi mereka, cara yang cocok agar early adaptors dari pasar mau mencoba produk. Namun perlu dicatat, analisa konsumen ini tidak dilakukan hanya pada awal perencanaan tetapi dilakukan secara terus menerus selama produk masih hendak beredar di pasar konsumen.
Artikel ini diadaptasi dari Consumer Behavior and Marketing Strategy 4th edition karangan J. Paul Peter dan Jerry C. Olson

5.Metamorfosis Samsung, Metamorfosis Korea

butterfly5 5.Metamorfosis Samsung, Metamorfosis Korea
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Familiar dengan merek Samsung? Sebagian besar dari kita tentu sering melihat produk-produk Samsung dari berbagai varian mulai dari perabot rumah tangga, alat komunikasi, sampai dengan produk canggih seperti laptop. Namun tahukah Anda Samsung telah menjalani perjalanan yang panjang untuk sampai ke titik saat ini.

Samsung dulu dikenal sebagai produk kelas bawah untuk beberapa jenis produk seperti perekam video kaset, televisi, dan microwave. Namun kini Samsung menjadi merek terkenal yang sejajar dengan merek lain dari Jepang dan negara barat seperti Amerika dan Jerman. Varian produk Samsung juga dapat dikatakan sangat lebar mulai dari laptop, DVD, telepon seluler, TV flat, dan berbagai lini produk lainnya.

Selama beberapa dekade awal, Samsung sebenarnya produsen kelas dua. Salah satu produknya yang terkenal adalah Sanyo. Sanyo ini adalah produk jiplakan dari Sony dan Mitsubishi namun dengan harga yang lebih murah. Sebetulnya kinerja keuangan perusahaan cukup baik saat itu, namun mulai pada tahun 1997, Samsung memutuskan untuk melakukan perubahan terutama pada hal image produk dan perusahaan. Perusahaan mencoba untuk memproduksi barang dengan kualitas yang lebih bagus dan merek yang memiliki kesan lebih baik.

Langkah yang diambil kemudian, Samsung melakukan perubahan dalam iklan dan promosi. Program baru “DigitAll: Everyone’s Invited” hendak memberi kesan menyenangkan, canggih, dengan harga terjangkau. Sebelumnya Samsung menggunakan jasa 55 agen periklanan, dengan iklan ini perusahaan memutuskan untuk mengkonsolidasikannya menjadi satu. Lebih dari 900 juta dana dikeluarkan pada program komunikasi dan promosi global termasuk billboard di Times Square dan Olimpiade. Iklan Samsung dirancang untuk meningkatkan meningkatkan awareness dan juga image perusahaan. Dengan menampilkan “snow woman” – wanita salju, wanita berparas menarik yang menebarkan kesan ekspensi dan anggun pada pendengar.

Samsung juga mensponsori Olimpiade sebagai langkah strategi repositioning, Tujuan promosi di event ini tertuang dalam kalimat “menyediakan pengalaman yang menyenangkan dan berkesan pada pecinta Olimpiade, atlet, dan keluarganya” dan “mempertunjukkan majunya teknologi digital perusahaan dengan memberikan kesempatan pada penonton untuk menyentuh dan merasakan produk yang akan diluncurkan.”

Spot pertemuan di arena Olimpiade menjadi pusat promosi bagi para sponsor. Di tempat ini, sponsor menyediakan pertunjukan hiburan setiap hari, peralatan atlet, pameran produk masa depan, sambungan telepoon gratis, dan hiburan bentuk lainnya. Lebih dari 240.000 orang mengunjungi spot ini selama 16 hari penyelenggaraan event. Dan hasilnya, 74 persen dari pengunjung menyatakan bahwa setelah mengunjungi spot tersebut mereka memiliki kesan yang lebih positif pada merek Samsung, dan 76 persen menyatakan keinginannnya untuk membeli produk Samsung di masa datang.

Selain itu internet juga tergabung pada program komunikasi Samsung. Perusahaan mensponsori 50 website ternama seperti Fortune.com, Forbes.com, BusinessWeek.com, CNN.com, EW.com, dan berbagai publikasi bisnis lainnya. Dan dapat kita lihat beberapa tahun belakangan, produk-produk Samsung semakin banyak kita temui baik pada perangkat rumah tapi juga di ruang publik seperti restaurant, cafe, bandara, dan tempat lainnya. Merek elektronik seperti Samsung dan LG mulai menunjukkan tajinya dalam persaingan industri elektronik. Menurut InterBrand’s Best Global Brand Awards 2011, Samsung naik dua peringkat ke urutan 17.

Sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat dulunya Samsung itu produk kelas dua. Apakah mungkin merek China yang sekarang diasosiasikan sebagai produk jelek akan mengikuti jejak Sony, Samsung, dan merek ternama lainnya?
Artikel ini diadaptasi dari Advertising and Promotions: An Integrated Marketing Communications Perspectives 6th edition karangan George E. Belch dan Michael A. Belch

6.Perkawinan Iklan Hiburan dengan BMW

hire wp 728059 6.Perkawinan Iklan Hiburan dengan BMW
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Pada tahun 2000, BMW bekerja sama dengan perusahaan agensi Fallow Worldwide untuk membuat program promosi merek terbaru. Program ini ditujukan pada konsumen yang memiliki karakteristik pekerja keras dan hendak merasakan pencapaian tertinggi dalam hidupnya. Program ini dirancang disebarkan melalui media televisi.

Pada waktu itu BMW telah meluncurkan tiga program iklan yang menonjolkan peforma produknya dan bagaimana kualitas yang dimiliki sebuah mobil BMW. Akan tetapi iklan-iklan tersebut mudah ditiru oleh merek-merek pesaing di industri. Hal ini tentu saja menurunkan faktor pembeda mereka dengan pesaing.

Sementara itu, hasil riset menunjukan ternyata pembeli BMW memiliki karakteristik sebagai orang-orang yang mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki akses internet yang cepat. Sebanyak 85 persen di antaranya memiliki kebiasaan untuk melakukan perbandingan dan riset awal sebelum calon konsumen ini mendatangi showroom mobil. Fakta ini menginspirasi BMW dan Fallow untuk membuat program promosi menggunakan media internet. BMW memiliki visi digabungkan dengan kemampuan dan pengalaman Fallow dalam membuat klip singkat di internet membuat kedua perusahaan memutuskan untuk membuat serial film singkat namun dengan kualitas menyerupai film layar lebar.

Langkah yang dilakukan kemudian adalah menggandeng perusahaan produksi Hollywood yang melibatkan David Fincher. Fincher menyumbang beberapa ide dalam perancangan promosi seperti syuting film yang dibagi-bagi menjadi beberapa segmen dan disutradai oleh beberapa nama terkenal. Beberapa tokoh terkenal menghiasi film-film pendek ini, sebutlah Clive Owen yang berperan sebagai actor utama, pemeran pembantu yang diperankan oleh Madonna, Mickey Rourke, dan Stellan Skarsgaard. Sutradara yang terlibat melibatkan nama besar seperti Ang Lee, John Franeheimer, dan Guy Ritchie. Dalam setiap film tersebut ditunjukan beberapa model BMW yang berbeda. Mobil BMW digambarkan sebagai mobil yang memiliki peforma baik dalam kondisi dan situasi ekstrim, kondisi yang belum pernah dimunculkan pada iklan tv biasanya.

Perusahaan kemudian membuat website BMWFilms.com yang memuat lima seri film tersebut dan juga lima cerita tambahan yang memuat karakter sampingan. Selain itu juga ditampilkan tayangan di balik pembuatan film mulai dari bagaimana film dibuat, wawancara dengan stunt man, dan komentar dari para sutradara dari sudut pengambilan gambar. Promosi iklan kemudian dilebarkan menjadi iklan televisi, iklan cetak dan internet, pemasaran viral, dan public relation yang agresif. Rangkaian film ini adalah inovasi pertama yang mengawinkan antara dunia periklanan dan hiburan melibatkan dana yang besar, tokoh-tokoh masyarakat ternama, dan persebaran yang luas.

Hasilnya lebih dari 13 juta orang menonton film tersebut dan dianugerahi Super Reggie Awards untuk kategori program promosi terbaik dan Cyber Grand Prix Awards pada Cannes Advertising Festival Awards 2002 untuk kategori program pemasaran terbaik online.

Beberapa pakar menyatakan bahwa baiknya respon konsumen pada film-film pendek ini adalah sinyal perilaku konsumen dalam beberapa tahun ke depan. Dengan perekam video personal, kabel digital, dan satelit televisi akan membuat konsumen dpat menonton apa yang mereka inginkan, dimana pun dan kapan pun. Hal ini juga merubah cara berhubungan antara konsumen dan iklan. Di masa mendatang, nampaknya film pendek seperti ini akan menjadi salah satu cara produsen untuk mendekatkan diri dengan konsumen. Iklan yang dilihat konsumen adalah iklan yang mereka pilih untuk lihat dan iklan tidak lagi dihindari oleh konsumen
Artikel ini diadaptasi dari Advertising and Promotions: An Integrated Marketing Communications Perspectives 6th edition karangan George E. Belch dan Michael A. Belch

7.Kehidupan Red Bull di Formula 1

red bull 1024x640 7.Kehidupan Red Bull di Formula 1
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Pembaca tentu familiar dengan merek Kratingdaeng. Merek ini cukup populer di Indonesia dan beberapa negara di Asia terutama pada beberapa tahun yang lalu. Di beberapa negara, merek minuman ini dikenal juga dengan nama Red Bull dan beroperasi di beberapa negara dunia. Namun tahukah Anda cerita di balik ini sebelum produk ini masuk ke pasaran.

Semua bermula pada awal tahun 1970-an, ketika Dietrich Mateschitz mengunjungi negara Asia selama beberapa lama. Selama kunjungannya, ia memerhatikan bahwa banyak manajer Asia yang memiliki kebiasaan minum sejenis sirup sebelum meeting. Tujuannya agar tetap terjaga dan dapat berkonsentrasi selama meeting atau acara yang panjang. Dia pun membuat kategori produk ini sebagai minuman berenergi.

Ia membawa temuan ini ke Austria dan mencoba mengembangkan produk ini dan mulai memperkenalkan minuman yang diberi merek “Red Bull”. Perusahaan menetapkan positioning produk ini sebagai minuman yang menyediakan energi dalam kegiatan olahraga yang membutuhkan konsentrasi dalam lingkungan yang dinamis seperti ski salju, sepeda gunung, panja tebing, dan olahraga otomotif. Kebijakan inilah yang menuntun perusahaan terjun pada arena Formula 1 sebagai sponsor.

Formula 1 dianggap sebagai olahraga yang menarik media dengan penonton skala besar internasional berjumlah lebih dari 350 juta orang pada saat itu. Formula 1 juga dianggap sebagai kendaraan promosi yang baik untuk membawa merek kuat untuk menawarkan kesempatan baik diekspos media.

Bagi pihak tim tentu mengharapkan kucuran dana yang besar untuk menunjang kegiatan operasional. Sedangkan sponsor mencari pengembalin yang besar dari investasi. Dan dipercaya ada interaksi positif antara sponsor dan media berkaitan dengan investasi  pada bidang olahraga. Semakin banyak publikasi dan cakupan pemberitaan pada televisi akan semakin memberikan daya tarik yang besar pada pihak sponsor.

Banyak sponsor juga tidak hanya memanfaatkan ruang iklan tetapi juga meningkatkan interaksi antara perusahaan dan konsumen selama penyelenggaraan Grand Prix. Dengan banyak berinteraksi dengan konsumen dengan baik dan menyediakan membuat konsumen senang, pihak sponsor termasuk Red Bull percaya dengan kegiatan ini merek perusahaan terangkat dan meningkatkan loyalitas konsumen.

Apakah investasi ini sebenarnya membuahkan hasil? Banyak perusahaan pesaing memilih media promosi lain yang memakan dana lebih sedikit. Tapi yang jelas Red Bull berhasil menembus pasar di beberapa negara dan lambing dua banteng merah beradu ini familiar di banyak konsumen.
Artikel ini diadaptasi dari buku Marketing Communication 2nd edition karangan Chris Fill