Friday, October 19, 2012

68. Cessna: Cinderella yang Berhasil Masuk ke Kalangan Kaya

cessna 1024x819 68. Cessna: Cinderella yang Berhasil Masuk ke Kalangan Kaya
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Bagaimana bila perusahaan hendak pindah ke pasar yang lebih mewah atau lebih canggih padahal sebelumnya belum pernah menangani atau berpengalaman di pasar tersebut? Hal ini lah yang dicoba dilakukan produsen pesawat Cessna pada sekitar tahun 1960-an. Pada masa itu, Cessna dikenal sebagai produsen pesawat kecil yang sangat berhasil bermesin dua dan dapat diandalkan. Pesawatnya telah banyak digunakan oleh angkatan udara Amerika Serikat selama sekian lama.

Meskipun berhasil dan memiliki image yang sangat baik, Cessna dikenal sebagai produsen pesawat kecil yang sering digunakan sebagai pesawat latihan atau penggunaan personal. Cessna tidak begitu dikenal di kalangan pasar bisnis sehingga tidak banyak orang yang memiliki persepsi yang cukup mengenai merek ini.

Cessna merasa bahwa perusahaan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aspek psikologis dan perilaku pembelian konsumen kalangan pebisnis. Di pasar ini seringkali pembelian barang didasarkan karena ego dan emosi dari pembeli. Namun Cessna juga merasa perlu mendekati kalangan influencer dari konsumen-konsumen jenis ini, yaitu para ahli yang memiliki kapabilitas untuk mengevaluasi kinerja pesawat. Orang ini bisa saja merupakan pilot perusahaan atau kepala departemen penerbangan atau mereka yang dipercaya untuk melakukan perawatan pesawat. Berbeda dengan konsumen pebisnis, orang-orang ini lebih memperhatikan aspek teknis seperti biaya operasional, jarang, dan ongkos jalannya. Berbeda lagi dengan penggunanya yang biasanya berasal dari jajaran direksi perusahaan. Mereka lebih memperhatikan faktor seperti kenyamanan, pembiayaan, dan alasan rasional pembelian. Meskipun seringkali CEO berperan sebagai decision maker, CFO seringkali pihak yang dapat membatalkan pembelian.

Cessna mempertimbangkan semua hal yang menjadi perhatian pada stakeholder ini. Dalam membuat produknya, Cessna menawarkan sesuatu yang berbeda kepada konsumen. Meskipun lebih lambat dari pesawat jet pada umumnya, pesawat ini dapat mendarat di landasan yang lebih pendek sehingga penumpang dapat menghampiri lebih banyak lokasi yang lebih dekat pula dengan tujuan. Pesawat ini juga relative mudah diterbangkan sehingga memberi kepercayaan diri pada pilot yang merasa kurang mampu menangani pesawat jet. Pesawat juga dihargai dengan harga yang relatif lebih murah dibanding pesawat di pasaran.

Setelah beberapa waktu Cessna berhasil di pasar ini dan menjadi pemain dominan di kategori pesawat jet untuk kalangan pebisnis. Hal ini sebagai wujud keberhasilan desain produk dan juga program iklan yang menekankan aspek emosional dan menstimulasi testoteron melalui gambar dan kata-kata sekaligus kombinasi dari aspek rasional seperti uang.

Untuk dapat melayani dengan baik, Cessna tidak pernah berhenti mensurvei konsumennya. Selama puluhan tahun, Cessna selalu menanyakan apakah produknya telah memenuhi kebutuhan konsumen. Bila menemukan gap, Cessna segera melakukan perubahan produk atau model. Dengan  ekspansi yang dilakukan secara perlahan, Cessna dapat melakukan evolusi pada lini produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan melakukan perbaikan pada merk sehingga dapat memenuhi variasi produk dengan kemampuan yang berbeda. Hasilnya personalitas merek yang menyediakan produk yang sebenarnya tidak begitu trendi atau sangat mewah namun dapat membantu pebisnis menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Cessna adalah salah satu perusahaan yang sangat luar biasa dalam kasus memasuki pasar yang berbeda dari operasional sebelumnya. Dalam tempo dua puluh tahun, mereka berhasil memposisikan diri dari awalnya nol sampai dengan market leader padahal bergerak di pasar yang sangat mementingkan merk.
Artikel ini diadaptasi dari buku The Case for B2B Branding karangan Bob Lamons

No comments: