Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang
kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai
pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber
pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini,
Marketeers membagikan 100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan
kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus
pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.
Bila berjalan-jalan di mall di area Jakarta dan kota-kota lain kita
sering menemukan Giordano. Biasanya suasana toko didesain dengan
warna-warna cerah dan pelayanan yang cukup baik. Setidaknya ada enam hal
yang Anda temukan ketika mengunjungi Giordano: konsumen akan diberi
salam dengan ramah, pelayan akan mencoba menemukan barang yang dicari,
terkadang mereka memberi usulan padanan pakaian yang cocok, ketika sudah
siap untuk membeli pramuniaga akan mengarahkan konsumen kepada kasir,
dan akhirnya memberikan salam kembali sebagai tanda terima kasih.
Pelayanan ini dibuat standar di semua toko Giordano untuk memberikan
pelayanan yang prima untuk konsumen.
Giordano didirikan tahun 1980 oleh Jimmy Lai di Hongkong. Gaya
manajemennya tidak konvensional dan penuh warna. Lai berada di kantor
kurang dari enam jam setiap harinya dan tidak lebih dari empat hari per
minggu. Jimmy Lai dikenal sangat “nyentrik” ia tida pernah membuat
alokasi untuk “entertaining” dalam hal bisnis, menganggap budgeting,
proyeksi finansial, gelar pendidikan tinggi, dan riset pasar tidak ada
gunanya. Nama Giordano sendiri diambil dari nama Pizza dari New York
yang memberi kesan lebih canggih.
Pada tahun 1987, Lai mulai menyadari operasionalisasi rantai nilai
yang tidak efisien cukup mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal
ini membuat Giordani melakukan perubahan strategis dan melakukan
benchmark pada perusahaan lain yang menjalankan bisnis dengan baik.
Dengan mengobservasi bisnis dunia barat, Lai mengadaptasi sistem
komputerisasi (dari The Limited), menu yang terkontrol dengan baik (dari
McDonald’s), penghematan (dari Wal-Mart), dan pricing berdasarkan value
(Mark & Spencer). Hasilnya sejak perubahan strategis ini, Giordano
mengalami peningkatan penjualan sebanyak empat kali liat dari asalnya
712 juta dollar pada tahun 1989 menjadi 2.863 juta dollar.
Mungkin bisa kita rasakan ketika masuk ke toko Giordano, gaya
perusahaan ini dalam menjalankan bisnis secara fleksibel. Budaya
Giordano banyak terpengaruh oleh gaya Jimmy Lai yang menekankan
fleksibilitas dan pembelajaran melalui trial error. Membuat kesalahan
dianggap sebagai bagian dari pembelajaran dan bukan menjadi hambatan
untuk kemajuan ke depannya. Kesalahan dianggap sebagai titik cerah,
membuat pelaku bisnis mengetahui apa yang tidak dapat berjalan dan
mengarahkan perusahaan ke arah yang benar. Jimmy percaya bahwa membuat
kesalahan tidak dapat dihindarkan mengingat lingkungan bisnis terus
berubah dengan cepatnya. Menurutnya perkembangan ini juga sebagai
cerminan perubahan perilaku konsumen akibat derasnya informasi,
teknologi, dan inovasi yang memberi stimulasi dengan kuatnya.
Gaya manajemen perusahaan cenderung easy going. Di kantornya,
Giordano mendesain sedemikian rupa agar karyawan berkomunikasi dengan
lancar, merespon, dan mengambil keputusan mengenai segala sesuatu dengan
cepat. Inti bisnis dari Giordano adalah bagaimana menyediakan produk
dengan value yang baik, pelayanan yang berkualitas, dengan harga yang
terjangkau. Meskipun kini Jimmy Lai tidak memiliki saham dalam Giordano.
Jimmy Lai berhasil menerapkan nilai-nilai dan membentuk budaya
perusahaan Giordano dengan baik.
Artikel ini diadaptasi dari buku Case in Marketing Management and
Strategy karangan John A, Quelch, Siew Meng Leong, Swee Hoon Ang, dan
Chin Tiong Tan
No comments:
Post a Comment