Friday, October 19, 2012

75. Kredo Johnson & Johnson yang Menjadi Pedoman Hidup

johnson and johnson 1024x682 75. Kredo Johnson & Johnson yang Menjadi Pedoman Hidup
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan  100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Johnson & Johnson dikenal sebagai perusahaan yang memperhatikan kebutuhan konsumen terutama dari kalangan yang telah berkeluarga. Perusahaan menyediakan produk farmasi dan kesehatan. Johnson dan Johnson membangun merknya agar bisa dipercaya dengan konsumen. Ini semua adalah hasil komitmen perusahaan dalam memperbaiki reputasi selama bertahun-tahun. Lebih dari 60 tahun Johnson & Johnson memiliki dan mempraktekan panduan yang menjadi tanggung jawab baik dari perusahaan dan juga secara individual karyawan.

Hal ini tercermin dari hasil survei yang dikeluarkan oleh The Reputation  Institute yang menyurvei puluhan ribu konsumen. Johnson & Johnson menjadi perusahaan dengan reputasi terbaik di Amerika. Reputasi perusahaan menjadi aset perusahaan dan dijaga dengan hati-hati. Setiap aspek dalam perusahaan dijalankan sesuai dengan prinsip yang disebut Credo.

Perusahaan menganggap nama perusahaan bukan sebagai “trademark” tetapi sebagai “trustmark” yang dikenal di semua penjuru dunia. Reputasi ini dibangun jauh sebelum perusahaan dibangun, rasa “trust” mulai melekat pada salah satu pendiri perusahaan, Robert Wood Johnson.

Pada sekitar tahun 1870-an, dalam melakukan operasi pelayan kesehatan seringkali memakai pakaian sehari-hari dan saat melakukan operasi pun seringkali mereka melakukannya telanjang tangan. Pada saat itu banyak pasien yang meninggal karena mengalami infeksi pasca operasi. Saat itu para dokter tidak mempercayai bila kematian pasien karena peralatan dan lingkungan operasi yang tidak steril. Sampai pada tahun 1876, Robert Wood Johnson mulai membiasakan diri memakai perlengkapan operasi yang lebih steril.

Beberapa tahun kemudian di tahun 1885, Robert bergabung dengan dua saudaranya yang memiliki usaha alat kesehatan. Mereka kemudian mulai membangun perusahaan dan memberi nama Johnson & Johnson. Tidak lama kemudian, perusahaan membuat pakaian operasi dan mengirimkannya ke rumah sakit, toko obat, dan doktor di semua daerah di negara. Ini adalah visi pertama Robert untuk memperbaiki kesehatan untuk pasien. Ilmuwan perusahaan melanjutkan pencarian dan pengembangan sterilisasi perusahaan.

Perusahaan mulai masuk ke pasar konsumen pada tahun 1893. Sejak awal, citra merk difokuskan pada pasar bayi dan ibunya. Secara konsisten pencitraan ini dilakukan dan seratus tahun kemudian image perusahaan sangat melekat dengan lini produk seputar perangkat perawatan bayi. Kredo yang telah disebutkan sebelumnya mulai dibuat dan diberlakukan mulai pada tahun 1932. Kredo terdiri dari 308 kata berisipernyataan yang diukirkan pada batu yang terletak di markas utama perusahaan.

Kredo menjadi hati dari perusahaan untuk menjaga dan memperbaiki reputasi perusahaan setiap tahunnya. Menjaga reputasi perusahaan adalah prioritas utama yang harus dilakukan perusahaaan. Kredo juga merupakan patokan perusahaan untuk melakukan desentralisasi. Karena memegang kredo dengan baik, desentralisasi didasarkan dari rasa saling percaya. Setiap pegawai diberi kebebasan untuk melakukan sesuatu agar dapat berhasil namun membeli toleransi juga bila mengalami kegagalan.

Johnson & Johnson bukan hanya sekadar nama perusahaan tetapi telah menjadi karakter perusahaan. Kredo tidak lagi hanya sekadar panduan tetapi menjadi patokan cara hidup menjalankan bisnis perusahaan. Mereka telah melakukan hal ini secara bertahun-tahun secara konsisten sehingga hal ini menjadi salah satu identitas terkuat perusahaan.
Artikel ini diadaptasi dari buku The Best of Branding karangan James R. Gregory

No comments: