Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang
kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai
pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber
pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini,
Marketeers membagikan 100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan
kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus
pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa 3DO, tidak banyak di antara kita yang mengenal nama ini. Namun bagi
orang yang pernah bekerja di Silicon Valley, kasus ini adalah kasus
legendaris yang menjadi contoh bagi banyak perusahaan terutama di dunia
elektronik dan IT di dunia. Beberapa tahun yang lalu di kala industri
permainan game didominasi oleh Sega dan Nintendo. 3DO
diluncurkan dengan menawarkan perangkat permainan dengan teknologi
tercanggih pada saat itu. Perangkat permainan ini telah menghadirkan
efek 3D, satu-satunya di industri pada saat itu.
Untuk mendongkrak penjualan perangkat, 3DO mengadakan kerja sama
dengan para pengembang game. Agar menarik, 3DO mengenakan biaya lisensi
yang sangat rendah saat itu (sebesar 3 dollar per kaset). Perangkat ini
mulai dijual pada bulan Oktober 1993, diproduksi oleh Matsushita,
memakai brand Panasonic dan dijual dengan harga 699 dollar. Meskipun
perusahaan berhasil mencapai kesepakatan dengan ratusan pengembang game,
hanya 50 game yang tersedia pada bulan pertama saat itu. Tidak ada satu
pun game yang dapat “dijagokan” seperti Sony dalam Sega ataupun Mario
Bros dalam Nintendo. Perusahaan gagal mendapatkan pemacu penjualan
perangkat ini.
Di sisi lain harga yang mahal menjadi permasalahan lain. Pada saat
itu perangkat Sega 16 bit dan Super Nintendo dijual dengan harga di
bawah 100 dollar. Jauh lebih murah daripada perangkat 3DO meskipun
dengan teknologi yang lebih sederhana. Setelah membandingkan dengan
harga pesaing, konsumen merasa harga perangkat benar-benar sangat mahal
dan tidak bersedia untuk melakukan justifikasi dengan membeli harga yang
tinggi itu.
Penjualan yang rendah ini memberikan dampak buruk pada kinerja
keuangan perusahaan. 3DO dilaporkan mengalami kerugian sebesar 51 juta
dollar pada tahun pertama operasional. Harga saham perusahaan pun jatuh
dari sekutar 47 dollar per lembar menjadi 11 dollar per lembar.
Untuk menyelamatkan perusahaan, 3DO mengambil langkah yang
mengecewakan pihak pengembang yaitu dengan menaikan biaya lisensi dari 3
dollar menjadi 6 dollar. Semua pengembang mengajukan protes dan menekan
perusahaan. Akhirnya 3DO bersedia mengalah dengan hanya menaikan 1
dolar per kasetnya. Pengembang semakin marah ketika mengetahui bahwa 3DO
memutuskan akan mengembangkan sendiri game yang akan diliris. Selain
itu 3DO membuka sebanyak 6.000 toko, tiga kali dari jumlah awal untuk
distribusi produk. Sebanyak 100 game baru diluncurkan ke pasar termasuk
game “Demolition Man”. Game adaptasi dari film Sylvester Stallone yang
diharapkan dapat mendongkrak penjualan. Harga penjualan pun dipotong
sebesar 40 persen menjadi 399 dollar
Namun pada tahun 1994, Sony meluncurkan produk “PlayStation”, produk
yang menawarkan teknologi yang terbilang canggih saat itu. Produk dijual
dengan harga 299 dollar, di bawah harga perangkat 3DO. Akhirnya
perangkat ini berhasil menguasai pasar dan menjadi pemain dominan di
industri game selama bertahun-tahun. 3DO tidak dapat bersaing di
industri dan tenggelam melihat Sony “menjajah” pasar game. 3DO pun tidak
terdengar oleh sebagian besar konsumen sampai saat ini.
Pada kasus ini kita belajar bahwa produk canggih saja tidak cukup,
perusahaan juga perlu memperhitungkan tanggapan dan respon konsumen pada
produk yang diluncurkan. Perusahaan juga harus mengetahui seberapa
sensitif konsumen pada harga dan seberapa besar uang yang konsumen mau
keluarkan untuk membeli produk perusahaan.
Artikel ini diadaptasi dari buku Principles of Global Marketing karangan Warren J. Keegan dan Mark C. Green
No comments:
Post a Comment