Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang
kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai
pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber
pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini,
Marketeers membagikan 100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan
kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus
pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.
Tentu banyak di antara kita yang mengenal produk Apple. Hampir di
setiap peluncuran produknya, pembeli rela mengantri panjang hanya agar
dapat menjadi salah satu orang pertama yang memiliki produk tersebut.
Pendirinya, Steve Jobs adalah pemimpin legenda yang dipecat dari
perusahaannya sendiri namun berhasil bangkit dan mampu mengembangkan
Apple menjadi perusahaan yang disegani di seluruh pasar dunia. Akan
menarik bila kita membahas apa yang dilakukan Steve Jobs pada saat ia
kembali ke perusahaan dan melakukan berbagai perubahan yang hasilnya
dapat kita lihat saat ini.
Masa ini dimulai setelah tahun 1995, dimana Microsoft mengeluarkan
Windows 95. Apple tidak dapat memberi perlawanan yang kuat di industri
sehingga perusahaan mulai masuk dalam spiral kematian perusahaan. Bahkan
pada tanggal 5 Februari 1996, BusinessWeek memuat artikel utama yang
membahas hal ini dengan judul “The Fall of an American icon”.
CEO saat itu, Gil Amelio melakukan berbagai macam cara untuk
menyelamatkan perusahaan mulai dari merumahkan karyawan sampai dengan
merestrukturisasi ulang produk-produk perusahaan menjadi empat kategori
saja. Namun langkah itu belum dapat menyelamatkan perusahaan, banyak
media dan pengamat memperkirakan bahwa perusahaan akan dijual kepada
IBM, Motorola, Sony, atau Hewlett Packard.
Pada September 1997, hanya dua bulan sebelum Apple menuju
kebangkrutan, Steve Jobs setuju untuk kembali ke perusahaan dan menjabat
sebagai CEO sementara. Pada saat itu, pecinta Apple gembira mendengar
kabar tersebut namun dunia bisnis pada umumnya tidak memiliki harapan
yang cukup besar. Dan dalam tempo waktu setahun, terjadi beberapa
perubahan radikal dalam perusahaan. Steve Jobs membuat langkah
mengejutkan dengan mengurangi variasi berbagai produk Apple menjadi satu
varian saja. Dengan core competency yang dimiliki, Steve Jobs
memutuskan bahwa Apple akan melayani ceruk pasar di industri.
Sebagai contoh, Steve menciutkan 15 varian desktop menjadi satu
varian saja begitu pula dengan berbagai alat portable dan perangkat
genggam menjadi hanya satu model saja. Beberapa posisi dan ukuran tim
disusutkan agar organisasi secara keseluruhan lebih ramping lagi. Dari
segi produksi, Steve memutuskan untuk memproduksi peralatan ke Taiwan.
Dengan menggunakan sistem produksi yang lebih simpel, Steved memotong
lebih dari 80 persen persediaan di gudang. Web perusahaan dipakai untuk
menjual produk perusahaan langsung kepada konsumen sehingga Apple
menghilangkan distributor dan dealers dalam rantai nilai perusahaan.
Semua yang dilakukan Steve Jobs adalah menyederhanakan sistem bisnis
dan juga produk perusahaan. Hal ini membuat Apple fokus pada kegiatan
bisnis yang dimiliki dan koordinasi antar pihak baik di dalam maupun di
luar usaha. Hal yang menarik di sini, adalah situasi pada tahun 1998
dimana Steve berhasil mempertahankan perusahaan namun dengan masa depan
yang belum jelas. Perusahaan belum memiliki arah yang dapat dijadikan
patokan dan belum ada prediksi apa tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan. Saat itu Steve Jobs berupaya untuk mempergunakan sumber daya
yang dimiliki dan juga memperhatikan apa yang menjadi halangan di
industri. Sementara itu ia tidak berusaha untuk keluar dari ceruk pasar
dan tidak berusaha menguasai pasar mayoritas di industri. Ketika
ditanya, apakah pengembangan yang akan dilakukan berikutnya. Steve Jobs
menjawab, “I am going to wait for the next big thing.”. Ia menunggu
perkembangan teknologi selanjutnya dan hal ini dibuktikan dengan adanya
inovasi-inovasi produk yang dapat kita lihat saat ini seperti tablet,
MacBook Air, dan lainnya.
Artikel ini diadaptasi dari buku Good Strategy Bad Strategy karangan Richard P.Rumelt
No comments:
Post a Comment