Sunday, August 17, 2008

95. Planet Hollywood yang Lupa Jati Dirinya

planet hollywood 1024x664 95. Planet Hollywood yang Lupa Jati Dirinya
Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini. Dalam kesempatan ini, Marketeers membagikan 100 Classic Marketing Stories sebagai sumbangan kecil pada dunia bisnis saat ini. Inilah kumpulan dari 100 kasus pemasaran menarik yang pernah terjadi sepanjang masa.

Beberapa puluh tahun terakhir ini kita sering melihat perusahaan menggandeng artis untuk meningkatkan image perusahaan atau juga mendongkrak pembelian. Contohnya ketika serial Oprah masih tayang, setiap buku yang sempat dibicarakan dalam acara tersebut hampir dapat dipastikan akan menjadi best seller. Beberapa merek mendapat bantuan dari para pendirinya yang merupakan selebritis atau sosialita sebagai contoh merek Virgin yang banyak sekali terbantu Richard Branson. Contoh lainnya merek produk yang dikondisikan agar memiliki asosiasi yang kuat dengan artis-artis tertentu seperti berupa gambar, tulisan, dan lain-lain. Biasanya merk –merk itu mengalami keberhasilan kecuali artis yang diendorse mengalami masalah namun lain halnya seperti yang dialami oleh Planet Hollywood.

Planet Hollywood memiliki beberapa investor dari kalangan selebritis ternama seperti Bruce Willis, Demi Moore, Whoppie Goldberg, Arnold Swarzenegger, dan Sylvester Stallone. Tempat ini dipromosikan dengan besar ketika peluncuran pertamakalinya pada tahun 1991. Dengan cepat perusahaan melakukan ekspansi secara cepat dan dengan segera berjumlah 80 unit di seluruh dunia. Namun pada tahun 1999 perusahaan mengalami kebangkrutan dan sejumlah cabang restaurant ini dikabarkan ditutup.

Planet Hollywood terus mengalami penurunan konsumen dan hanya dapat mempertahankan beberapa cabang di lokasi-lokasi restauran pertama kali berdiri. Agar dapat bertahan, perusahaan memperoleh suntikan dana dari investor asal Arab Saudi. Bagaimana tempat makan ternama ini hancur dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun?

Isu pertama, perusahaan melakukan ekspansi terlalu cepat tanpa perencanaan yang matang. Planet Hollywood terus bernafsu melakukan ekspansi meskipun saat itu perusahaan belum mendapat keuntungan secara operasional. Hal ini juga terlihat dari rencana awal perusahaan yang berambisi membuka 300 cabang pada tahun 2003.

Faktor lainnya dari segi makanan. Kebanyakan orang makan di luar karena makanan yang enak, namun sayangnya Planet Hollywood tidak pernah mempromosikan hal ini pada bisnisnya. Untuk mencapai kesuksesan jangka panjang, restauran harus memiliki keunggulan pada makanan dan minumannya. Bahkan McDonald’s juga menonjolkan makanannya meskipun mereka sebenarnya lebih unggul dari segi harga produk dan kenyamanan tempatnya dibanding rasanya.

Akhirnya Planet Hollywood hany berhasil menarik pengunjung yang datang hanya untuk melihat-lihat. Perusahaan memang berhasil menciptakan tempat tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi karena menyajikan suasana dan barang-barang menarik seputar dunia selebritis. Namun sayangnya hal ini gagal mendongkrak penjualan produk makanan dan minumannya.

Dari kasus ini kita memperoleh beberapa pembelajaran. Pertama, unsur selebritis tidak menjamin kesuksesan bisnis, kesuksesan usaha tetap ditentukan oleh strategi, kebijakan, dan langkah yang diambil bukan hanya menebeng ketenaran artis. Kedua word of mouth kembali terbukti dapat mendongkrak kepopuleran usaha, nama Planet Hollywood juga terdongkrak karena aktivitas ini. Tema atau image yang dibangun harus sesuai dengan value utama yang dibawa bisnis. Bila usaha termasuk dunia kuliner makan nilai yang ditonjolkan tentu makanan dan minuman, bila usaha bergerak di bidang hiburan tentu unsur tersebut yang ditonjolkan
Artikel ini diadaptasi dari buku Brand Failures karangan Matt Haig

No comments: